
Slowcation: Tren Liburan Lambat yang Bikin Kamu Nggak Mau Pulang
Kalau kamu tipe traveler yang selalu bikin itinerary padat—pagi city tour, siang wisata kuliner, malam nonton pertunjukan—mungkin kamu butuh satu jenis liburan baru: slowcation.
Berbeda dari liburan biasa, slowcation (slow + vacation) adalah tren liburan yang fokus pada kecepatan rendah, relaksasi tinggi, dan koneksi emosional dengan tempat yang dikunjungi. Nggak ada target jumlah tempat yang harus dikunjungi. Bahkan, kamu bisa sehari penuh hanya duduk di kafe atau baca buku di tepi danau—dan itu sah-sah saja.
Apa Itu Slowcation?
Slowcation adalah gaya liburan yang:
-
Menghindari jadwal padat
-
Mengutamakan kualitas, bukan kuantitas kunjungan
-
Menghabiskan waktu lebih lama di satu tempat
-
Menikmati kehidupan lokal seperti warga setempat
-
Cocok untuk detoks digital, mental, dan emosional
Slowcation bukan berarti malas atau pasif. Justru, ini adalah bentuk sadar untuk berhenti sejenak dari budaya rushing dan “liburan demi konten”.
Mengapa Slowcation Mulai Digemari?
-
Burnout Pasca Pandemi
Banyak orang ingin kembali terkoneksi dengan diri sendiri dan alam setelah lama terjebak rutinitas digital. -
Kelelahan Akibat Itinerary Overload
Traveler zaman sekarang sadar bahwa terlalu banyak aktivitas justru bikin liburan terasa seperti kerja. -
Meningkatnya Minat terhadap Well-being
Slowcation memberi ruang untuk tidur cukup, makan sehat, dan benar-benar rehat. -
FOMO Mulai Ditinggalkan
Anak muda kini lebih memilih pengalaman otentik ketimbang sekadar “pernah ke sini”.
Contoh Kegiatan Slowcation
-
Bangun tanpa alarm, sarapan pelan-pelan
-
Jalan kaki di lingkungan lokal tanpa tujuan
-
Ngobrol santai dengan warga sekitar
-
Membaca buku di taman atau pantai
-
Masak makanan lokal dari pasar tradisional
-
Ikut kegiatan komunitas (kelas yoga, eco-farming, seni)
Rekomendasi Tempat Slowcation di Indonesia
Lokasi | Karakteristik |
---|---|
Sidemen, Bali | Sawah hijau, vila sepi, cocok untuk yoga |
Ruteng, NTT | Udara sejuk, desa adat, suasana damai |
Loksado, Kalimantan | Alam liar, sungai tenang, budaya Dayak |
Samosir, Sumut | Pinggir Danau Toba, kabin danau, udara bersih |
Sumba Timur | Bukit savana, pantai sepi, sunrise cantik |
Tips Memulai Slowcation
-
Pilih durasi minimal 3–5 hari di satu tempat
-
Hindari kota besar yang bising dan padat
-
Jangan buat itinerary terlalu kaku
-
Gunakan transportasi lambat: sepeda, jalan kaki
-
Kurangi layar: batasi sosial media dan buka HP seperlunya
-
Fokus ke rasa dan pengalaman, bukan checklist
Cocok untuk Siapa?
-
Freelancer dan remote worker (bisa WFH sambil healing)
-
Solo traveler yang ingin refleksi diri
-
Pasangan muda yang ingin rehat dari kota
-
Siapa pun yang ingin benar-benar break
Pelan-Pelan Tapi Nempel di Hati
Di dunia yang makin cepat dan bising, slowcation adalah bentuk perlawanan lembut. Liburan bukan soal pamer destinasi, tapi soal pulang dalam keadaan lebih utuh dan bahagia.
Jadi, di liburan berikutnya, coba tanya diri sendiri:
Perlu bergegas, atau cukup duduk dan menikmati detik?