Jika Bali identik dengan pantai dan pesta, maka Desa Penglipuran menunjukkan sisi lain Pulau Dewata: ketenangan, budaya, dan keindahan alam yang berpadu sempurna.
Terletak di Kabupaten Bangli, sekitar 45 menit dari Ubud, desa ini menjadi salah satu dari tiga desa terbersih di dunia menurut Green Destinations Foundation.
Suasana Penglipuran seperti melangkah mundur ke masa lalu — rumah tradisional berjajar rapi, jalanan bersih tanpa kendaraan, dan masyarakat yang ramah menyambut setiap wisatawan dengan senyum tulus.
Sejarah dan Filosofi Desa Penglipuran
Nama “Penglipuran” berasal dari kata “Pengeling Pura” yang berarti “tempat untuk mengingat para leluhur.”
Desa ini diyakini sudah ada sejak lebih dari 700 tahun lalu dan dihuni oleh keturunan kerajaan Bayung Gede. Penduduknya hidup dengan prinsip Tri Hita Karana, yaitu keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam.
Uniknya, seluruh rumah di desa ini memiliki arsitektur yang sama, dibangun dari bahan alami seperti bambu, tanah liat, dan batu. Tidak ada pagar tinggi atau tembok besar — setiap halaman terbuka dan saling terhubung, mencerminkan nilai kebersamaan masyarakat setempat.
Daya Tarik Utama Desa Penglipuran
1. Tata Ruang Desa yang Simetris
Salah satu hal pertama yang mencuri perhatian adalah tata letak desa yang sangat rapi dan simetris. Jalan utama membentang lurus di tengah, diapit deretan rumah penduduk yang identik, dengan taman kecil dan gerbang bambu di setiap rumah.
2. Rumah Tradisional Bali yang Otentik
Setiap rumah memiliki struktur khas Bali dengan angkul-angkul (pintu gerbang kayu berukir), natah (halaman tengah), dan bale dauh (ruang tamu). Wisatawan bisa masuk dan berbincang langsung dengan pemilik rumah untuk belajar tentang budaya dan filosofi arsitektur Bali.
3. Desa Bebas Kendaraan Bermotor
Di Penglipuran, kendaraan tidak diperbolehkan masuk ke area utama desa. Semua aktivitas dilakukan dengan berjalan kaki atau bersepeda. Inilah yang membuat udara di desa ini tetap sejuk dan bersih — jarang ditemukan di destinasi lain.
4. Hutan Bambu yang Rindang
Sekitar 40% wilayah desa dikelilingi oleh hutan bambu alami yang menjadi sumber bahan bangunan utama warga. Pengunjung bisa berjalan di bawah naungan bambu yang tinggi menjulang, menikmati suara alam yang menenangkan.
5. Tradisi dan Adat yang Masih Hidup
Desa Penglipuran masih menjalankan upacara adat secara rutin. Salah satunya adalah Upacara Ngusaba Desa, perayaan tahunan yang menjadi simbol rasa syukur kepada alam dan para leluhur.
Aktivitas Menarik di Desa Penglipuran
Berjalan Menyusuri Jalan Utama Desa
Spot paling populer untuk berfoto dengan latar rumah tradisional simetris yang sering viral di media sosial.
Mencicipi Minuman Tradisional Loloh Cemcem
Minuman herbal khas Bangli yang terbuat dari daun cemcem, dipercaya menambah stamina dan menurunkan tekanan darah.
Mengunjungi Museum Penglipuran
Di sini kamu bisa mempelajari sejarah, struktur rumah, dan filosofi hidup masyarakat setempat.
Berbelanja Kerajinan Lokal
Warga setempat menjual kerajinan bambu, kain songket, dan camilan tradisional seperti jaje uli (kue ketan).
Menginap di Homestay Tradisional
Beberapa rumah penduduk menawarkan penginapan dengan suasana Bali klasik — tanpa kehilangan kenyamanan modern.
Rute Menuju Desa Penglipuran
Dari Bandara Ngurah Rai Denpasar, perjalanan menuju Desa Penglipuran memakan waktu sekitar 2 jam dengan kendaraan pribadi.
Rute yang paling umum adalah melalui Gianyar – Ubud – Bangli. Jalan menuju lokasi cukup baik dan bisa dilalui kendaraan roda empat hingga area parkir utama desa.
Untuk wisatawan tanpa kendaraan pribadi, tersedia paket tur harian dari Ubud atau Kintamani yang biasanya sudah mencakup transportasi dan pemandu lokal.
Harga Tiket dan Jam Operasional
Tiket masuk wisatawan domestik: Rp25.000
Tiket wisatawan mancanegara: Rp35.000
Parkir kendaraan: Rp5.000
Desa ini buka setiap hari pukul 08.00 – 17.00 WITA, namun waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi hari saat cahaya matahari menembus kabut tipis di atas desa — momen yang sering dicari fotografer profesional.
Tips Berkunjung ke Desa Penglipuran
Gunakan pakaian sopan dan nyaman.
Karena desa ini masih menjaga adat Bali yang kuat.
Jangan buang sampah sembarangan.
Warga sangat disiplin menjaga kebersihan — tamu juga wajib menghormatinya.
Datang di hari biasa.
Hindari akhir pekan atau libur panjang jika ingin menikmati suasana tenang.
Bawa uang tunai.
Sebagian pedagang belum menerima pembayaran digital.
Berinteraksi dengan warga.
Penduduk sangat ramah dan senang menjelaskan tentang budaya desa mereka.
Mengapa Desa Penglipuran Layak Masuk Bucket List
Salah satu desa terbersih di dunia.
Kental dengan budaya dan nilai spiritual Bali.
Ramah wisatawan tapi tetap menjaga keaslian.
Cocok untuk healing, fotografi, atau wisata edukasi budaya.
Desa Penglipuran Bali bukan hanya destinasi wisata, tapi juga warisan budaya hidup yang menunjukkan bagaimana modernitas bisa berdampingan dengan tradisi.
Setiap langkah di desa ini membawa ketenangan — dari jalan batu kecil hingga suara bambu yang bergemerisik tertiup angin.
Jika kamu mencari pengalaman Bali yang berbeda dari pantai dan keramaian, Penglipuran adalah jawabannya: tenang, bersih, dan penuh makna.